Bismillahirrahmanirrahim
MTQ Salah Kaprah
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ditujukan untuk melaksanakan dan mensyiarkan Sunnah membaca Al Qur’an dengan benar dan suara indah.
Firman ALLOH Subhanahu wa Ta’ala:
وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلا
Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil. (Al-Muzammil: 4)
Lebih jauh Rosulullah Shollallahu Alahi wa Sallam bersabda :
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
“Hiasilah al-Quran dengan suara kalian” (HR. Ahmad 18994, Nasai 1024).
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
“Siapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca al-Quran, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Daud 1469, Ahmad 1512).
Keindahan bacaan Al Qur’an merupakan bagian dari Syari’at Islam dan sekaligus Syiar Islam.
Musabaqoh Tilawatil Qur’an adalah sangat penting yang merupakan momentum untuk evaluasi dari para Qori dan Pendidikan Al Qur’an Al Karım.
Sejatinya orang yang membaca Al Qur’an bercirikan :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).
Mereka adalah orang-orang yang mengharapkan Perniagaan yang Tidak Pernah Merugi. Yaitu setiap aktivitas menjadi bernilai Ibadah kepada ALLOH Subhanahu wa Ta’ala, dimana pahalanya terus bertambah banyak secara jumlah maupun berkahnya. Bahkan keuntungannya sampai di akhirat.
Mereka adalah orang-orang yang membaca, mempelajari Al Qur’an dan mengamalkan nya. Jika ada halangan dan rintangan mereka sabar untuk melaluinya.
Musabaqoh Tilawatil Qur’an dari Hari ke Hari hanya mengembangkan Qiroah yang tanpa esensi pengalaman, Tilawah yang tanpa Da’wah. Bahkan agak lebih nampak sebagai ajang mempertontonkan segi keindahan bacaannya saja dan Tidak menutup kemungkinan ada kecenderungan ria-nya.
Hal itu terlihat dari rangkaian acara yang terkadang justru bertolakbelakang dengan pengalaman Al Qur’an. Bahkan hiburan yang Tidak Islami seperti baru-baru ini terjadi di suatu daerah tertentu.
Begitu pun dari sisi komitmen pengalaman Al Qur’an dalam berbagai bidang kehidupan, justru sangat dipertanyakan. Justru semakin jauh dari Al Qur’an ?!
Selain curiga kepada pihak-pihak yang dengan sengaja mencemari Al Qur’an tapi juga yang lebih penting adalah kita ummat Islam yang harus muhasabah introspeksi diri.
Mari kita Istighfar dan kembali kepada Fitrah NYA dengan melaksanakan ajarannya.
Al Qur’an sebagai pedoman hidup karena Al Qur’an menjadi Syifa yaitu solusi kehidupan dan Syafa’at di hari Qiyamat.
Abdurrahman Anton Minardi
Assoc. Professor at Pasundan University and Advocate at Peradi, Lembaga Advokasi Ummat ANSHORULLAH.
Leave a Reply