Kesalahan fatal ketika ada pihak-pihak yang mengaitkan peringatan 1 Suro adat Sunda dengan wafatnya Cucu Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam yaitu Sayyidina Hussein.
Perayaan 1 Suro warga Sunda adalah perayaan terhadap Tahun Baru Islam dengan semangat HIJRAH untuk menjadi pribadi dan kondisi kehidupan yang lebih baik yaitu dengan Islam.
Perayaan 1 Suro ini adalah proses Islamisasi masyarakat Sunda menuju kepada Islam.
Perayaan 1 Suro bukan 10 Muharram tetapi 1 Muharram.
Tidak nyambung kalau ada pihak yang mengatakan bahwa perayaan 1 Suro adat Sunda itu adalah perayaan 10 Muharram. Lebih tidak nyambung lagi jika dikaitkan dengan kematian Sayyidina Hussein. Lalu membuat perayaan 1 Suro Sunda pada tanggal 10 Muharram, ditambah dengan ritual sesajen di dalam Masjid dan ritual ziarah ke semacam replika makam Sayyidina Hussein.
Tentu saja ini merupakan penyimpangan sejarah Adat Sunda. Bahkan penyimpangan Syariat Islam, karena syariat Islam tidak pernah mengajarkan ritual seperti itu pada bulan Muharram ataupun pada bulan lainnya. Apalagi dilakukan di dalam Masjid.
Budaya Islam di Suku Sunda masih sangat kental, Apalagi dalam memperingati Tahun Baru Islam, umat Muslim di Jawa Barat turut merayakan tradisi tradisi sakral di bulan Suro ini.
Dalam memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram ini masyarakat memiliki tujuan memanjatkan doa dan rasa syukur terhadap Sang Pencipta.
Tradisi yang di adakan biasanya merupakan adat yang sudah dilakukan turun temurun.
Sebagaimana sudah menjadi tradisi dalam memperingati 1 Muharram, masyarakat Sunda di beberapa daerah diantaranya melakukan :
1. Pembacaan Babad Cirebon
Naskah kuna Carita Purwaka Caruban Nagari dibacakan Kesultanan Keraton Kanoman ketika memasuki malam 1 Suro.
Dalam naskah tersebut berisi sejarah berdirinya Cirebon. Naskah ini dibacakan untuk tujuan agar generasi muda di Cirebon memahami dan mengingat sejarah serta meneladani para leluhur yang memberitakan Islam di Cirebon.
2. Pawai Obor
Pawai obor sendiri sebenarnya tak hanya dirayakan di Jawa Barat, hampir semua di penjuru Nusantara merayakan Tahun Baru Islam dengan mengadakan pawai obor.
Para santri membawa obor dan berjalan menyusuri jalan desa maupun jalan kota dengan melantunkan Shalawat dan puji pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
3. Bubur Suro
Tradisi bubur Suro juga merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Barat.
Tujuan dari tradisi bubur Suro kali ini adalah ungkapan rasa syukur terhadap Sang Pencipta dan berbagi kepada sesama.
4. Ziarah Makam Leluhur
Ziarah makam leluhur ini dilakukan dengan harapan mendapatkan berkah ketika mendoakan orang orang saleh yang sudah wafat.
(https://salatigaterkini.pikiran-rakyat.com/salatiga/pr-1585129844/mengenal-5-tradisi-sakral-tahun-baru-islam-1-muharram-2022-masyarakat-suku-sunda?).
Tentu saja ziarah dimaksudnya untuk mengingat kematian, mengingat kebaikan orang-orang sholeh untuk diikuti tauladan baiknya dan juga mendoakan penghuni kubur yang dikunjungi. Bukan untuk meminta kepada ahli kubur.
5. Tradisi di Tasikmalaya setiap 1 Suro itu membuat bubur merah putih untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada ALLOH Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia Nya dan terutama karena dianugerahi negara ini.
6. Warga Kampung Cikondang Pangalengan yang dikenal dengan Upacara Wuku Taun dalam rangka memperingati 1 Muharram juga merayakannya dengan adat Tadarrus Al Qur’an mulai dari tanggal 1 Muharram sampai dengan 14/15 Muharram dilanjutkan dengan Do’a Bersama dan Makan Tumpeng Berja’maah.
Begitu pula peringatan 1 Suro juga dilakukan di masyarakat adat lainnya. Seperti adat Jawa di Solo peringatan 1 Suro adalah perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram dirayakan pada malam hari semenjak memasuki maghrib dengan cara berdo’a, pawai obor, berbagi makanan sebagai Syiar Islam.
Demikian spirit Islam sangat melekat pada budaya Sunda dan Jawa juga spirit Islam bisa didapatkan di berbagai daerah lainnya di nusantara.
Abdurrahman Anton M.
Dai Muda Pasundan &
Advokat Muslim