Categories

Ayo Berpolitik Identitas !

Bismillahirrohmanirrohim

Abdurrahman Anton Minardi
Advokat

Pemilu 2024 masih beberapa bulan ke depan pelaksanaannya dan spanduk dan baligo sosialisasi kampanye sudah mulai semarak.

Berdegung dari beberapa pihak yang disinyalir kaum sekuleris atau yang biasanya ingin memisahkan antara Agama dengan Politik.
Mereka berpandangan bahwa Agama jangan dibawa-bawa ke dalam urusan politik nanti bisa-bisa Agama dijadikan alat legitimasi kepentingan politik, dan itu berbahaya.

Buktinya apa ?!
Politik dengan membawa niat misi agama saja sering kali terkebak dengan “abuse of power” termasuk yang terparah adalah perilaku korupsi.
Terlebih lagi kalangan sekularis bisa saja menghalalkan korupsi demi kepentingannya karena mereka berpolitik tidak mendasarkan diri pada Agama.

Yang menjadi fokus kali ini adalah bahwa Politik Identitas yang ditolak sebagian kalangan agar tidak dibawa-bawa dalam Pemilu adalah kenyataannya ternyata kalangan sekuleris yang justru mempraktekkannya.

Lihat saja berbagai spanduk partai-partai yang biasanya cenderung menolak Syari’at Islam untuk dijadikan sistem hukum di negara kita justru melakukan “Approaches” dengan gaya-gaya yang agar terlihat Agamis. Terutama di bulan Suci Romadhon Mubarok dan menjelangan Idul Fitri ini. Berpakaian rapi seperti Muslim-Muslimah menhucapkan selamat Idul Fitri seperti yang simpati kepada Islam dan Umat Islam. Bahkan lebih dari itu kita mengenal ada pimpinan partai yang non muslim rajin berkunjung ke pesantren-pesantren dengan memberikan “donasi” untuk meraih simpati dan dukungan kalangan agamawan.

Apa ini bukan Politik Identitas ?!

Sebenarnya Politik Identitas itu biasa saja dan bahkan di semua negara pun mempraktekkannya. Politik Identitas itu bisa berdasarkan ideologi, suku, agama, ras dan antar golongan. Begitu juga konsep “Nation State” merupakan Politik Identitas sebagai upaya untuk memperoleh dukungan bangsanya untuk menghadapi bangsa-bangsa lainnya.

Negara Khilafah, Negara Tahta Suci, Negara Kerajaan, Negara Republik, Negara Demokratik, Negara Sosialis dan Negara Komunis semuanya adalah wujud dari Politik Identitas.

Partai yang berasas ideologi nasionalis, demokratis, sosialis, agama semuanya wujud Politik Identitas.

Yang perlu dipertanyakan justru bagaimana sikap dan perilaku negara-negara dan partai-partai tersebut. Apakah mereka konsisten dengan politik baiknya atau hanya sekedar kedok untuk menipu lawan politiknya.

Misalnya di Eropa mereka mengaku sebagai penjunjung tinggi hak asasi manusia dengan prinsip prularisme tetapi mengapa terhadap umat Islam mereka bersikap Phobia.

Amerika Serikat dikenal dengan kampiun demokrasi tapi tingkat islamophobia nya masih tinggi sehingga dibuatlah “The Act of Anti Islamophobia”.

Cina yang sosialis komunis beridentitas konfusian keharmonisan hidup tetapi mengapa rakyat Uyghur dinistakan terus.

Indonesia yang mayoritas penduduknya berindentitas Islam didengungkan agar tidak berpolitik Identitas (Islam), tapi partai sekuler justru rajin mendekati Umat Islam.

India yang dikuasai partai berhaluan Hindu keras yang katanya taat dengan agamanya yang menghargai hak asasi manusia yang berbeda keyakinan, tapi justru terror, kriminalisasi, perusakan dan pembakaran fasilitas Islam bahkan pembunuhan terhadap Muslim sering terjadi.

Myanmar katanya negara mayoritas Budha yang beridentitas cinta damai, tapi kenapa justru rakyatnya sendiri Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya bahkan diusir dan dibunuh.

Thailand yang mayoritas Hindu dikenal sebagai negara bebas kenapa masih terjadi pembunuhan terhadap Muslim Patani.

Filipina negara mayoritas Kristen yang dikenal toleran tapi masih represif terhadap Muslim di Mindanau.

Padahal kita mengetahui di negara-negara mayoritas Muslim tidak kita dapatkan orang non muslim yang dipaksa untuk beragama Islam. Ibadah non muslim tidak dilarang dan tempat ibadat mereka aman.

Kalau begitu, Umat Islam jangan sampai terkecoh untuk tidak berpolitik Identitas agar malu memperlihatkan Identitas nya, sementara kalangan sekuler melakukan pendekatan Politik Identitas untuk meraih dukungan umat Islam.

Ingat tanpa Politik Identitas umat Islam di Indonesia khususnya belum pernah meraih mayoritas suara kecuali pada Pemilu 1955.
Apalagi kalau umat Islam tidak berpolitik Identitas maka bisa jadi posisi tawar umat Islam akan semakin anjlok.

Sebenarnya bagus saja kalau partai-partai sekuler itu berpolitik Identitas (Islam). Semoga berIslam nya sungguh-sungguh.

Semoga kita semua dapat Hidayah dan Taufik Nya.

Idul Fitri 1444 H.