Categories

Sejarah Shalat Tarawih, Niat, dan Tata Caranya di Bulan Ramadhan

sejarah shalat tarawih

Shalat tarawih merupakan shalat sunah yang hanya bisa kamu temukan di Bulan Ramadhan saja lalu tidak akan ada di bulan lainnya dalam kalender hijriah. Keberadaannya ini akan senantiasa mengiringi kewajiban kamu dalam berpuasa lalu dilaksanakan pada awal malam. Akan tetapi, apakah kamu sudah tahu bagaimana sejarah shalat tarawih ini?

Baiklah, untuk sejarah shalat tarawih akan kami bahas pada penjelasan dibawah ini. Namun sebelumnya, apakah menurut kamu shalat tarawih ini sama dengan shalat tahajud yang juga dilaksanakan di malam hari? Tentu saja berbeda. Sebab untuk shalat tarawih sendiri bisa kamu lakukan setelah shalat isya tanpa harus bangun dari tidur malam dulu layaknya shalat tahajud.

Ketika kamu melaksanakannya di malam hari pada bulan Ramadhan, maka awal mula pelaksanaannya sahabat nabi sendiri selalu istirahat setiap kali ia menyelesaikan dua rakaat.

Sejarah Shalat Tarawih

Adapun hukum dari shalat tarawih adalah sunnah. Dahulunya, Nabi Muhammad Saw pernah kerjakan shalat ini di masjid dengan beberapa sahabat yang lainnya. Akan tetapi, Rasulullah SAW lantas tidak melaksanakan shalat satu ini di masjid sebab khawatir hal ini dianggap sebagai sebuah kewajiban.

Hal tersebut karena semakin banyaknya sahabat yang bermakmum dengan Rasulullah. Dalam sejarahnya, untuk shalat ini diawali oleh 3 kali kesempatan untuk shalat tarawih pada saat bulan Ramadhan tahun kedua hijriah.

Lalu shalat tarawih pertama dilaksanakan di masjid pada 23 ramadhan tahun 2 hijriah lalu sahabat-sahabat lainnya pun mengikuti beliau.

Kemudian pada 25 ramadhan Rasulullah pun mengerjakan kembali shalat tarawih. Pada saat itu, bertambah lagi lah sahabat yang mengikutinya. Kemudian untuk tarawih ketiga dilakukan oleh Nabi pada 27 ramadhan. Seiring dengan itu, maka semakin bertambah sahabat nabi yang mengerjakannya.

Akan tetapi, setelah waktu itu Rasulullah tidak pernah terlihat lagi di masjid, padahal saat itu 29 ramadhan sudah menanti Rasulullah.

Hal ini sebenarnya disengaja oleh Rasulullah sebab beliau merasa khawatir kalau nantinya shalat tarawih ini menjadi suatu kewajiban. Kemudian para sahabat pun kerjakan solat ini sendiri-sendiri.

Nah, sejak saat itulah hingga Rasulullah meninggal, maka shalat tarawih masih tetap dilangsungkan. Hingga sekarang pun, shalat tarawih sudah menjadi suatu keharusan yang dilakukan setelah shalat isya sepanjang Bulan Ramadhan.

Ada kalanya shalat tarawih dilaksanakan mulai dari 8 atau 10 rakaat. Kemudian beliau tutup dengan shalat witir. Sehingga apabila ditotalkan maka menjadi 11 rakaat yang seharusnya dikerjakan.

Bahkan Aisyah yang merupakan istri Rasulullah mengatakan kalau Nabi Muhammad SAW tidak mengerjakan shalat malam, baik itu pada bulan Ramadhan maupun lainnya melebihi sebelas rakaat.

Sedangkan sahabat Jabir mengungkapkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW mengerjakan shalat dengan sahabatnya 8 rakaat lalu diikuti dengan witir. Setelah itu, mereka menanti kedatangan Rasulullah di malam berikutnya, maka Rasulullah pun tidak keluar masjid.

Ketika Umar bin Khattab menjadi seorang khalifah, maka di suatu malam bulan Ramadhan beliau pergi ke masjid dengan Abdurrahman bin Abdul Qari. Merekapun mendapati masyarakat terbagi jadi beberapa kelompok yang terpisah untuk melaksanakannya.

Saat melihat ini, maka Umar pun berkata: “Menurutku akan lebih baik jika aku kumpulkan mereka pada satu imam.”

Setelah itu, selanjutnya Umar pun mengumpulkan jamaah pada Ubay bin Ka’ab. Lalu di kesempatan malam lainnya, Abdurrahman bin Abdul Qari keluar lagi dengan Umar. Masyarakat pun shalat berjamaah mengikuti imamnya.

Akan tetapi, disini tidak disebutkan berapa jumlah rakaat yang sudah dikerjakan Ubay bin Ka’ab. Namun dalam kitab Al-Muwaththa’ disebutkan jumlahnya 11 rakaat.

Lalu Imam Malik meriwayatkan dari Yazih bin Khashifah, dari As-Sa’ib bin Yazih kalau jumlahnya yaitu 20 rakaat selain witir.

Namun untuk di Indonesia sendiri pada umumnya shalat tarawih ini dikerjakan sebanyak 8 rakaat lalu ditambah dengan 3 witir atau 20 rakaat dengan 3 witir.

Niat Shalat Tarawih

Saat kamu membaca niat shalat tarawih tentu saja tidak hanya berfungsi sebagai bacaan saja. Dengan membaca niatnya ternyata tersimpan manfaat penting yaitu sebagai pengingat supaya hati serta pikiran lebih siap untuk melaksanakan sholat.

Dengan demikian, maka terciptalah suasana sholat yang khusyu’. Nah untuk mengawali ibadah shalat tarawih ini, bacalah niat berikut ini.

Sebagai imam:

Ushalli sunnatat taraawiihi rak’atayni mustaqbilal qiblati adaa’an imaaman lillaahi ta’aalaa.

Artinya:

“Aku menyengaja sembahyang shalat sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

Sebagai makmum:

Ushalli sunnatat taraawiihi rak’atayni mustaqbilal qiblati adaa’an ma’muuman lillaahi ta’aalaa.

Artinya:

“Aku menyengaja sembahyang sholat sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

Tata Cara Shalat Tarawih

Shalat tarawih memang mempunyai jumlah rakaat lebih banyak ketimbang shalat wajib. Namun ada dua pilihan jumlah rakaat shalat tarawih yang bisa dipilih.

Pertama, yaitu shalat tarawih dengan jumlah rakaatnya 9 lalu diikuti oleh shalat witir hingga 3 rakaat. Kedua, shalat tarawih dengan jumlah rakaat lebih banyak yaitu 20 rakaat dan diikuti dengan melaksanakan shalat witir hingga 3 rakaat.

Akan tetapi, pada umumnya shalat tarawih sendiri dikerjakan dengan 2 rakaat lalu diakhiri oleh salam. Ini terus berlanjut sampai tercapainya 8 sampai 20 rakaat shalat tarawih.

Kemudian untuk tata cara shalat tarawih sendiri kurang lebih hampir sama dengan shalat wajib pada umumnya. Urutan pelaksanaan pun juga mirip. Berikut detail tata cara shalat tarawih.

  1. Melafalkan niat shalat tarawih
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca surah al-fatihah
  4. Membaca beberapa surat alquran
  5. Rukuk
  6. I’tidal
  7. Sujud
  8. Duduk diantara dua sujud
  9. Sujud kedua
  10. Kemudian bangkit dari duduk dan mengulangi rakaat keduanya dengan urutan shalat yang sama seperti rakaat pertama tadi.
  11. Setelah itu, akhiri dengan duduk tasyahud akhir lalu salam di saat sujud terakhirnya.

Melaksanakan Shalat Witir dengan Jumlah Rakaat Ganjil

Setelah kamu melaksanakan tarawih, maka dianjurkan untuk ditutup dengan shalat witir yang mempunyai jumlah rakaat ganjil. Hal ini juga telah disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim yaitu:

“Jadikan sholatmu yang paling akhir di waktu malam berupa shalat witir.”

Perlu kamu tahu kalau witir memiliki arti ganjil. Sehingga jumlah rakaat yang ada dalam shalat witir ini pun juga ganjil. Nah, sebagai penutup shalat tarawih kamu bisa pilih untuk laksanakan 1 rakaat hingga 3 rakaat.

Sebelum memulai shalat witir, kamu bisa lafalkan dulu niatnya yaitu:

Ushallii sunnatal witri tsalaasa roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an lillaahi ta’alaa.

Artinya:

“Saya berniat melakukan shalat witir tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’alaa.”

Nah, jadi itulah penjelasan tentang sejarah shalat tarawih, niat, tata cara pelaksanaan hingga  informasi sekilas mengenai shalat witir. Shalat tarawih ini pun juga bisa ya kamu laksanakan di rumah.